Nyaris Gagal ACC



Iya kamu ga salah baca kok, pasti sebagian orang juga pernah mengalami hal yang aku rasain. Aku pernah hampir gagal acc karna dosenku bilang pesanku itu GA SOPAN dan menyinggung bapak itu. Chat ini sudah aku kirim ke bapak tersebut selama 1 bulan. Chatnya sama persis (tidak ada perbedaan sama sekali). Selama 1 bulan tersebut bimbinganku lancar dan tidak ada masalah yang terjadi. Namun, ketika perbaikan terakhir menuju acc sebuah tragedi terjadi.

Hari Rabu tanggal 29 Juni 2022, aku mengirim chat melalui Whatsapp dan beliau cuma membaca pesanku. Besoknya aku kembali mengirim pesan ke beliau, dan berakhir dibaca kembali. Aku berpikir beliau sibuk. Its oke karna jurusanku memang sedang mengurus akreditasi.

Tanggal 1 Juni, aku kembali mengirim pesan tersebut. Aku berprasangka baik, karna biasanya aku memang bimbingan di hari Jumat. “Mudah-mudahan bapaknya balas dan skripsiku langsung di acc”, ucapku dalam hati. Aku tidak mau terburu-buru jadi setelah mengirim pesan aku langsung mandi. Saat mandi ternyata bapak tersebut membalas chatku, tetapi ada yang aneh. Temanku membacakan balasan dari beliau. Aku yang terlanjur deg-degan langsung mandi secepat kilat.

begini pesannya:

Aku


Bapak

Nanti kalau saya ada waktu luang.

Mungkin bulan depan atau tahun depan


Aku

Jam setengah 11 nanti bagaimana pak?


Bapak

Hari ini tidak bisa, karena saya lagi malas.

Saya lagi malas juga, nanti saja kalau saya sudah tidak malas


Aku

Baik pak terimakasih pak


Bapak

Sebaiknya pembimbingnya diganti saja, saya sudah tidak mood lagi membimbing mahasiswa yang bahasanya tidak sopan.

(dan bapaknya bilang mau menyerahkan penelitianku ke dosen sama sekali tidak relevan)


Rasanya ya ada sedih-sedihnya, wkwkwk. Aku meluapkan sedihnya dengan menangis berjam-jam. Kesal, kecewa, sedih jadi satu. Rasa di bibir tepi cawan. Aku yakin akan di acc tapi ternyata zonk. Aku sampai bertanya ke teman-temanku, apa ada yang salah dengan pesanku. Sebagian bilang salah dan sebagian bilang benar.

Lama aku tidak membalas chat bapak tersebut, lalu aku berdiskusi dengan temanku bagaimana caranya membalas chat tersebut. Akhirnya kata maaf dan terimakasih yang bisa kuucapkan. Lalu, beliau pun hanya membaca chatku. Aku pun sudah pasrah karna penelitianku terancam gagal dan ntah butuh waktu berapa lama untuk menyelesaikan pendidikan sarjanaku.


Kamu tau apa balasan beliau?

Beliau bilang “Ya, sudah saya maafkan. Silahkan ke kampus sekarang, bimbingan."


Rasanya kaya roller coaster. Baru tadi beliau bilang akan menyerahkan penelitianku ke dosen lain, sekarang dia menyuruhku datang ke kampus. Dengan kepasrahan hati, aku ke kampus dan membawa penelitianku. Ketika bertemu dengan bapak itu wajahnya kesal, lalu dia berkata “Saya memang menunggu permintaan maaf dari kamu”, ucap bapak tersebut.

Lalu dia meminta skripsiku, dan LANGSUNG DITANDATANGANI dan dibuatkan jadwal sidang. Ya, walaupun aku sempat kesal dengan beliau, tapi selama bimbingan bapaknya sangat membantu memperbaiki penelitianku.


Masalah budaya yang berbeda juga bisa membuat kamu salah persepsi. Nah buat kamu yang punya teman, pasangan atau kolega harus mengerti bahwa perbedaan budaya, latar belakang keluarga, kebiasaan dan lingkungan juga bisa membentuk pribadi seseorang. Kalau bagi kamu tidak masalah bukan berarti buat orang lain juga. Tapi gapapa, aku dapat pelajar yang banyak dari kesalahan itu.


Komentar